Wednesday, March 25, 2015

Memahami ‘Misteri’ Cara Kerja Layar Smartphone

Smartphone saya konon lebih canggih, ukuran layarnya pun lebih besar dari yang sebelumnya. Tapi…, mengapa tampilan foto dan teksnya justru menjadi lebih kecil?!
Pernahkah Anda menanyakan pertanyaan seperti yang di atas? Atau…, minimal pernahkah sekadar merasa heran dan memikirkannya dalam hati? Hal tersebut wajar terjadi. Beberapa pengguna mungkin menjadi kecewa, sudah habis uang banyak untuk membeli smartphone canggih, ternyata tetap saja smartphone lama memiliki tampilan yang lebih bagus—dengan asumsi suatu objek yang ditampilkan dalam ukuran semakin besar semakin bagus. Di balik semua itu, sebenarnya tak seburuk yang dipikirkan. Semua ada penjelasannya.
Pertama, perlu diketahui bahwa setiap objek yang muncul pada sebuah layar—tak peduli foto atau teks—dibangun dengan apa yang biasanya kita sebut sebagai pixel—butiran-butiran warna-warni yang berukuran kecil. Dan umumnya masing-masing smartphone memiliki jumlah pixel yang berbeda-beda pada layarnya yang juga memiliki ukuran bervariatif. Semakin canggih serta berkualitasnya sebuah smartphone, maka jumlah pixel yang dimiliki pun semakin banyak, walau ini tidak mutlak. Ukuran serta jarak antar-pixel yang dimiliki masing-masing smartphone juga bisa saja berbeda. Ada yang agak kasar (besar/lebar), yang halus, dan bahkan sangat halus (kecil/rapat), tergantung dari bagaimana besarnya layar yang akan memuat keseluruhan dari jumlah pixel yang ada.
Contoh, ada dua buah smartphone dengan jumlah pixel yang sama, yaitu 1280 x 720 (tinggi layar x lebar layar). Smartphone A memiliki layar sebesar 6 inci, sementara B memiliki layar sebesar 5 inci. Bersebab B memiliki layar yang lebih kecil, maka ketika jumlah pixel 1280 x 720 terisi ke dalam layar, pixel menjadi lebih kecil dan rapat dibanding ketika berada pada layar 6 inci.
Dengan memahami cara kerja pixel pada layar, kita kembali pada masalah pertanyaan di awal tulisan ini. Setiap objek dibangun berdasarkan jumlah pixel tertentu. Misalkan tinggi dari sebuah huruf “A” yang tampil pada sebuah aplikasi terdiri dari 10 pixel, atau tinggi dari sebuah foto terdiri dari 600 pixel, maka dengan sistem dan setting yang sama jumlah pixel itu akan tetap berlaku pada setiap smartphone. Dan oleh sebab ukuran serta jarak per pixel pada setiap smartphone itu berbeda, mata akan menangkap objek yang ditampilkan berbeda ukuran.
Kita kembali membandingkan dua buah smartphone yang berbeda. Smartphone A adalah smartphone yang lebih canggih dan mahal, mengusung layar sebesar 5 inci serta jumlah pixel 1920 x 1080, sedangkan B adalah smartphone model lama, hanya mengusung layar sebesar 3 inci serta jumlah pixel 640 x 360. Ketika sebuah foto yang tingginya terdiri dari 600 pixel ditampilkan pada smartphone B, itu sudah hampir setinggi satu layar dengan jumlah 640 pixel. Sementara bila ditampilkan pada smartphone A, 600 pixel bahkan tidak 1/3 dari jumlah 1920 pixel dari total tinggi satu layar. Kita dapat membayangkan, antara foto yang tampil hampir setinggi layar 3 inci (ukuran diagonal) dan foto yang tampil tidak sampai 1/3 layar 5 inci (ukuran diagonal), mata akan menerjemahkan yang mana satu ditampilkan lebih besar?



Benar! Smartphone model lama berhasil menampilkan foto dengan ukuran lebih besar dibanding smartphone yang canggih serta mahal! Kondisi yang sama juga berlaku pada ‘misteri’ teks yang terlihat lebih kecil ketika berada pada smartphone canggih.
Hal yang menjadi kejanggalan berikutnya adalah bila ternyata objek terlihat lebih besar pada smartphone model lama, lantas apa kelebihan dari jumlah pixel banyak yang diusung smartphone model baru? Kelebihannya jelas banyak. Semisal ketika kita sedang menjalankan suatu video atau game dan lain sebagainya, tampilan smartphone dengan layar ber-pixel banyak akan lebih lembut atau halus, oleh sebab butiran-butiran pixel yang membentuk suatu objek ukurannya lebih kecil dan rapat, sekaligus terdiri dari jumlah yang lebih banyak. Soal foto dan teks yang mengecil, biasanya dipengaruhi oleh aplikasi atau setting yang diterapkan. Kita dapat mengatasinya dengan mengubah setting pada masing-masing aplikasi, walau tidak semua aplikasi menyediakan fitur demikian.
*

Lea Willsen
25 Maret, 2015

Sunday, March 1, 2015

Kelebihan Device BlackBerry Versi Lama





Sejak pihak BlackBerry melepas produk aplikasi eksklusif mereka, BlackBerry Messenger (BBM) menjadi sebuah aplikasi multi device yang memungkinkan untuk dijalankan pada OS Android dan iOS, kelihatannya masyarakat kita mulai berpindah pada Android atau iOS. Bukan tanpa alasan. Seperti yang kita ketahui, banyak di antara kita yang tentu kurang nyaman dengan kondisi OS BB yang kerap perlu melakukan reboot, seperti mencabut dan memasang ulang baterai, agar performa dari device tersebut tetap terjaga.
Dengan spesifikasi yang seimbang, umumnya BB memiliki harga jual yang lebih tinggi. Atau bisa juga dengan harga yang seimbang, umumnya BB memiliki spesifikasi yang lebih rendah. BB sendiri bukan tidak memiliki senjata untuk menghadapi semua itu, seperti dengan bermunculannya berbagai device dengan OS BB10 yang bahkan memiliki kemampuan untuk menerima berbagai aplikasi Android yang bertipe APK. Hanya saja, BB10 kelihatannya telah kehilangan sesuatu yang berharga, yang hanya ada pada OS BB7 atau yang lebih rendah.
Benar! Sesuatu yang berharga itu tak lain ialah layanan Full BIS, di mana pengguna dapat dengan bebas mengunduh atau mengunggah file seberat apa saja, tanpa harus mengkhawatirkan masalah bengkaknya tagihan terhadap data yang terkuras, kuota yang habis, atau tercapainya batas pemakaian wajar yang selalu diberlakukan para provider bagi paket-paket unlimited yang disediakan. Jadi, BB10 benar-benar mirip seperti Android atau iOS, di mana setiap data yang terpakai ialah memiliki batas kuota, atau tarif-tarif data yang diberlakukan.
Kondisi hilangnya layanan Full BIS pada BB10 tentu tidak berpengaruh pada pengguna BB yang biasanya memang hanya berlangganan layanan chatting, atau pengguna yang kalaupun berlangganan Full BIS tetapi tidak terlalu aktif dan bergantung pada aktivitas-aktivitas daring yang membutuhkan layanan data berskala besar. Jadi, BB10 atau BB7 tidaklah menjadi masalah. Android memiliki daya tarik tinggi, terlebih dengan bermunculannya berbagai device dengan label pada golongan rendah.
Tidak untuk menunjukkan kurang berinovasinya device BB, tetapi lebih ditekankan pada kelebihan-kelebihan device BB ber-OS BB7 yang kurang disadari masyarakat. Lebih sering BB divonis negatif, minim aplikasi, kurang respons, atau senadanya. Namun, keberadaan layanan Full BIS ialah sebuah jawaban mutlak untuk semua kondisi yang disebutkan sebelumnya, mengapa device BB cenderung lebih mahal walau dari segi spesifikasi lebih rendah. BB tidak sekadar berjualan device, tetapi juga menawarkan layanan spesial yang tidak ada pada device merk lain. Dan layanan itu bersifat seumur hidup, dengan catatan selama device masih dapat berjalan secara normal.
Kalaupun pelanggan masih tetap dikenakan biaya bulanan, namun Full BIS tetap lebih unggul dengan tidak diberlakukannya batas pemakaian wajar seperti paket-paket unlimited dari provider. Misalkan saja sebuah batas pemakaian wajar adalah 2GB, maka setelah mencapai batas tersebut kecepatan pun menurun drastis. Sementara Full BIS memberikan kebebasan penuh tanpa adanya penurunan kualitas layanan. Tak peduli apakah sehari hendak menghamburkan 1GB, sebulan 30GB, biaya bulanan yang dikenakan tetap sama. Belum lagi bila dibandingkan dengan tarif reguler paket-paket lain yang dihitung berdasarkan kuota tertentu, berapa biaya yang diperlukan untuk 30GB?!
Jadi, antara OS BB7, Android, dan iOS sebenarnya relatif. Masing-masing memiliki kelebihan tersendiri. Tidak menutup kemungkinan juga, untuk masa-masa selanjutnya ketika device BB dengan OS BB7 tak lagi diproduksi, selama layanan Full BIS masih beroperasi, mungkin device lama tersebut akan menjadi gadget yang diburu oleh pengguna tertentu yang menyadari kelebihannya.
Untuk sekarang, pengembangan dari OS BB7 sendiri juga tak lagi dilanjutkan. Negara kita sedang memasuki masa transisi dari layanan 3G menuju 4G, kelihatannya layanan Full BIS tak akan lagi turut meramaikannya, bersebab tak ada lagi device BB 4G yang mendukung layanan Full B IS.
Akankah ke depannya kembali terlahir sebuah layanan yang setangguh Full BIS pada jaringan 4G? Rasanya sulit terealisasikan.


Sumber foto: internet